Pemerkosaan Mahasiswi Secara Brutal

Waktu sudah larut malam saat Anggun dan Anisa pulang jalan-jalan dari sebuah shopping mall di kota Bandung, kota tempat mereka menuntut ilmu pada sebuah PTN terkemuka. Saat itu kampus mereka sedang liburan semester yang lumayan lama, sehingga banyak di antara teman-teman mereka yang memilih pulang kampung, namun bagi Anggun dan Anisa lebih memilih untuk tetap tinggal di kota Bandung karena tidak banyak yang dapat mereka kerjakan untuk mengisi waktu liburan di Jakarta kota asal mereka.

Sampai di tempat kost mereka kira-kira jam ten malam. Saat itu daerah di sekitarnya sudah sepi begitupula di dalam kost-kostan karena semua penghuninya pulang ke kampung atau kota asal mereka masing-masing untuk memanfatkan waktu liburan kuliah mereka, dan kini tinggallah mereka berdua saja yang masih bertahan di dalam areal kost yang luas dan besar itu. Walau usia mereka terpaut jauh, mereka berdua sangatlah akrab karena selain mereka tinggal sekamar dan berasal dari Jakarta, di kampus mereka juga satu fakultas.
bokep

Anggun saat ini berusia 26 tahun, sementara Anisa baru berusia eighteen tahun. Keduanya memiliki wajah yang cantik, Anggun dengan bentuk badan yang berukuran sedang nampak anggun dengan penampilan kesehariannya, sedangkan Anisa memiliki tubuh yang mungil dan wajah yang imut-imut. Banyak pria yang tertarik kepada mereka berdua, karena bukan saja mereka cantik dan pintar, namun mereka juga pandai dalam bergaul dan ringan tangan. Akan tetapi dengan halus pula mereka menolak berbagai ajakan yang ingin menjadikan mereka sebagai kekasih atau pacar dari para pria yang mendekati mereka.

Anggun saat ini lebih memilih berkonsentrasi untuk menghadapi sidang skripsinya, sedang Anisa yang baru menamatkan tahun pertamanya di kampus tersebut lebih memilih untuk aktif di organisasi kampus dari pada pacaran atau berhura-hura.

Sesampainya di kost, Anggun langsung menuju ke kamar kost dan membuka pintu, sedangkan Anisa mampir dulu ke kamar mandi yang terletak agak jauh dari kamar kost mereka. Setelah membuka kamar, Anggun begitu terkejut ketika dilihatnya kamar mereka sudah berantakan seperti habis ada pencuri. Belum lagi sempat memeriksa segalanya, tiba-tiba kepala Anggun sudah dipukul dari belakang sampai pingsan.

Anggun tidak tahu apa-apa sampai tubuhnya digoncang-goncang seseorang hingga tersadar dan menemukan dirinya sudah dalam keadaan terikat di kursi tempat biasanya dia duduk untuk belajar dan mulutnya disumpal kain, sehingga tidak dapat bersuara. Belum lagi lama dia siuman, matanya terbelalak ketika melihat pemandangan di sekitarnya, ia melihat dua pria di depannya. Yang menyuruhnya bangun, orangnya berbadan tinggi besar dan kepalanya berambut gondrong dia hanya mengenakan celana denims kumal, badannya telanjang penuh dengan tatto. Dan satu orang lagi juga berbadan agak gemuk, berambut acak-acakan juga hanya mengenakan celana denims.

Wajah mereka khas, usia mereka sekitar forty tahunan. Sementara kamar kost mereka dalam keadaan tertutup rapat, jendela pun yang tadinya agak sedikit terbuka kini telah tertutup rapat. Tidak beberapa lama kemudian mata Anggun kembali terbelalak dan ingin menjerit, karena kedua orang itu ternyata dikenalnya. Yang membangunkan dia bernama Hasan dan satu lagi bernama Thomas atau sering dipangil Tomi. Mereka berdua adalah teman dari Henry pemilik kost yang sering nongkrong di tempat itu, pekerjaan mereka tidak jelas.

Memang beberapa waktu yang lalu Anggun dan Anisa dikenalkan oleh Henry kepada Hasan dan Tomi. Karena dengan setengah memaksa Henry, Hasan dan Tomi ingin dikenalkan dengan Anggun dan Anisa yang waktu itu baru pulang dari kampus. Rupanya mereka berdua tertarik dengan kecantikan Anggun dan Anisa. Akan tetapi rupanya cinta mereka bertepuk sebelah tangan, Anggun dan Anisa lebih sering menghindar untuk bertemu dengan Hasan dan Tomi. Dan yang membuat hati Anggun menjerit dan panas adalah begitu sadar sepenuhnya dan mengetahui Hasan sedang duduk di pinggir ranjang mereka sambil memangku Anisa yang saat itu sudah tinggal memakai BH dan celana dalamnya saja yang berwarna putih.

Anisa sambil menangis memohon-mohon minta dilepaskan, air matanya telah membasahi wajahnya yang cantik itu. Tapi si Hasan yang badannya jauh lebih besar itu tidak menghiraukannya, dia mulai meremas-remas payudara Anisa yang baru sekepalan tangan orang dewasa itu yang masih terbungkus BH itu, kemudian menjilati leher Anisa.
Pria itu lalu berkata, “Diam, jangan macam-macam atau kupatahkan lehermu, nurut saja kalau mau selamat..!”
Setelah itu dilumatnya dengan rakus bibir indah Anisa dengan bibirnya, “Hmp.., cup.., cup..,” begitulah bunyinya saat kedua bibir mereka beradu.
Air liur pun sampai menetes-netes keluar, rupanya lidah Hasan bermain di dalam rongga mulut Anisa.

Sementara itu Tomi yang berada di samping Anggun berkata kepada Anggun, “Hei, elo sudah bangun ya, teman elo ini boleh juga, gue pake dia dulu ya, baru setelah itu giliran elo, nah sekarang elo perhatikan gue baik-baik kalo sampe elo nanti engga bisa muasin nafsu gue, mampus deh elo..!” sambil mengelus-elus kepala Anggun.
Anggun mau berontak tapi tidak dapat berbuat apa-apa, Anggun pun mulai pucat.

Lalu Hasan yang masih memangku Anisa menyudahi serbuan bibirnya dan berkata, “Ok Sayang, ini waktunya pesta, ayo kita bersenang-senang!”
Dia menyuruh Anisa berlutut di depannya dan menyuruhnya membukakan celana jeans kumalnya, lalu mengulum batang kemaluannya.
Sambil menangis Anggun memohon belas kasih, “J.. ja.. angan.. tolong jangan perkosa saya, ambil saja semua barang di sini!”
Belum selesai berkata, tiba-tiba, “Pllaakk..!” si Hasan menampar pipinya dan menjambak rambutnya.

Dengan paksa Anisa dibuat berlutut di depannya, “Masukkan ke dalam mulut elo, hisap atau gue bunuh elo..!”
Terpaksa dengan putus asa dan wajah yang pucat dan gemetar, Anisa membuka celana Hasan dan begitu dia menurunkan celana dalam Hasan tampaklah kemaluan Hasan yang telah membesar dan menegang. Tanpa membuang waktu Hasan segera memasukkan kemaluannya itu ke mulut Anisa yang mungil itu. Batang kemaluannya tidak dapat sepenuhnya masuk karena terlalu besar, dengan kasar dia memaju-mundurkan kepala Anisa.
“Hhmpp.., emphh.. mpphh..!” begitulah suara Anisa saat mulutnya dijejali dengan kemaluan Asan.

Tomi juga tidak tinggal diam, rupanya nafsu telah memenuhi otaknya, setelah dia melepas celana jeansnya dia berdiri di samping Anisa, menyuruh Anisa mengocokkan batang kemaluannya yang juga telah membesar dengan tangan. Batang kemaluan Tomi tidak sebesar temannya, tapi diameternya cukup lebar sesuai dengan tubuhnya. Sekarang Anisa dalam posisi berlutut dengan mulut dijejali kemaluan Hasan dan tangan kanannya mengocok batang kemaluan Tomi.
“Emmhh.. benar-benar enak emutan gadis cantik ini, lain dari yang lain..!” kata Asan.
“Iya, kocokannya juga enak banget, tangannya halus nih..!” timpal Tomi.

Beberapa lama kemudian nampak tubuh Hasan menegang, seluruh badannya mengejang, dan, “A.. akh..!” Hasan akhirnya berejakulasi di mulut Anisa.
Cairan putih kental memenuhi mulut Anisa menetes di pinggir bibirnya seperti vampire baru menghisap darah, dan Anisa terpaksa meminum semuanya karena takut ancaman mereka dan juga kuatnya pegangan tangan Hasan di kepalanya.

Setelah itu mereka melepas BH dan CD Anisa, sehingga dia benar-benar telanjang bulat sekarang, tampaklah payudara dan bulu-bulu kemaluannya yang masih halus dan jarang.
“Waw cantik sekali anjing ini.” ujar Tomi sambil memandangi tubuh bagian dada dan bawah Anisa yang sedang terisak-isak ketakutan.

Kali ini Tomi duduk di pinggir ranjang dan menyuruh Anisa berjongkok di depannya sambil terus memijati dan mengocok batang kemaluan dengan tangannya. Anisa terpaksa menuruti kemauan Tomi itu sambil sesekali dipaksa untuk menjilati ujung batang kemaluannya, sehingga Tomi mendengus keenakan. Sementara itu si Hasan mengambil posisi berbaring di bawah kemaluan Anisa dan menjilati liang vaginanya sambil sesekali menusuk-nusukkan jarinya ke liang kemaluan itu.

Seketika itu Anisa kaget dan, “Ehhgh.., iihh.. iih.. eggmhh..!” Anisa pun merintih-rintih jadinya, badannya menggeliat-geliat akibat tusukan jari-jari serta jilatan lidah Hasan di kemaluan Anisa.
“Ayo anjing.., kocok terus barang gue..!” bentak Tomi sambil menampar kepala Anisa.
Kembali Anisa mengocok kemaluan Tomi sambil badannya terus meliak-liuk karena kemalunnya mendapat serangan dari tangan dan lidah Asan. Dari bibirnya pun terus terdengar suaranya merintih-tintih.

Sekitar 10 menit dikocok, Tomi memuncratkan maninya dan membasahi wajah serta rongga mulut Anisa. Kali ini Anisa sudah tidak tahan dengan rasa cairan itu, sehingga dia memuntahkannya. Melihat itu Tomi jadi gusar, dia lalu menjambak rambut Anisa dan menampar pipinya sampai dia jatuh ke ranjang.
“Pelacur anjing..! Kurang ajar, berani-beraninya membuang air maniku. Kalo sekali lagi begitu, kurontokkan gigi elo, dengar itu..!” bentaknya.

Hasan pun terpaksa menyudahi aktifitasnya dan ikut-ikutan menampar Anisa.
“Goblok..! Gue lagi asyik nikmatin memek elo. Elo jangan macem-macem ya..!” bentak Asan.
Anisa hanya dapat menangis memegangi pipinya yang merah akibat dua kali tamparan itu. Nampak kemarahan Anggun bangkit karena teman dekatnya diperlakukan begitu. Anggun meronta-ronta di kursinya, tapi ikatannya terlalu kencang sehingga hanya dapat membuat kursi itu bergoyang-goyang. Melihat reaksi Anggun si Hasan berkata, “Kenapa? Elo tidak terima ya pacar elo gue pinjam, tapi sayang sekarang elo nggak bisa ngapa-ngapain, jadi jangan macem-macem ya, ha.. ha.. ha..! Abis ini giliran elo yang gue entot..! Hahaha..!”

Mereka kembali menggerayangi tubuh Anisa, kali ini Hasan merentangkan tubuh Anisa di tempat tidur dan membuka lebar kedua pahanya, dan segera mulai memasukkan batang kejantanannya ke liang kemaluan Anisa.
“J.. jangan. Aduh.., tto.. long.., Mbak Anggun. Ampun Bang..!” pinta Anisa sambil mencoba berontak tapi dengan sigapnya Tomi membantu Hasan dengan memegangi kedua tangan Anisa.
Batang kemaluan yang ukurannya besar itu dimasukkannya dengan paksa ke liang kemaluan Anisa yang masih sempit, sehingga dari wajah Anisa terlihat dia menahan sakit yang amat sangat, tangisannya pun semakin keras.

Setelah hampir seluruh batang kemaluannya terbenam di dalam liang kemaluan Anisa, Hasan mulai memaju-mundurkan pantatnya, mulai dengan irama pelan hingga dengan cepat. Keringat pun dengan deras membasahi kedua tubuh itu. Beberapa saat kemudian dari sela-sela kemaluan Anisa mengucur darah segar bercampur dengan cairan bening hingga warnanya berubah menjadi merah muda meleleh membasahi paha Anisa.
“Aakkh.. aahh.. aa. ouhh.. ss.. aakit. ooh. aampuun.. ohh..,” begitulah erangan dan teriakan Anisa merasakan sakitnya.

Rupanya teriakan dan erangan Anisa menambah nafsu dan semangat Hasan untuk terus memompakan kemaluannya dengan keras dan cepat hingga badan Anisa pun terbanting-banting dan terguncang-guncang keras. Anisa hanya pasrah mengikuti irama Hasan dan kedua tangan Anisa pun kini sudah dilepas oleh Tomi.

Selama beberapa menit disetubuhi oleh Asan, tiba-tiba badan Anisa menegang sampai secara refleks dia memeluk kepala Hasan yang sedang asyik menggenjotnya. Dia rupanya mengalami orgasme sampai akhirnya melemas kembali. Hasan pun menyudahi gerakan memompanya namun kemaluannya masih tetap tertanam di dalam liang vagina Anisa.
“He.. he.. he.. Baru kali ini kan loe ngerasain pria cokin, gimana rasanya enak engga, jawaabb..!” bentak si Hasan sambil menarik rambut Anisa.

Karena takut mereka semakin gila, terpaksa dengan berlinang air mata Anisa menjawab, “E.. e.. enak, enak sekali..!”
“Jawab lebih keras supaya teman loe dengar pengakuan loe..!” kata Tomi.
“I.. iya, s.. saya suka sekali bercinta.” jawabnya dengan suara terbata-bata.
“Tuh, kamu dengar kan, apa kata teman elo, dia suka dientot, ha.. ha.. ha..!” ejek mereka pada Anggun yang hanya dapat meronta-ronta sambil menangis di kursinya.
Hatinya benar-benar copyright mau meledak tapi dia tidak dapat berbuat apa-apa.

Kemudian si Hasan mencabut kemaluannya dan membuat posisi badan Anisa gaya posisi anjing, dia kemudian memasukkan kejantanannya yang berukuran 20 cm lebih itu ke pantatnya Anisa hingga terbenam seluruhnya.
Karena rasa perih dan sakit yang tidak terhingga, maka Anisa berteriak memilukan, “Aaakkhh..!”
Lalu dia menariknya lagi, dan dengan tiba-tiba sepenuh tenaga dihujamkannya benda panjang itu di pantat Anisa hingga membuatnya tersentak kaget dan kesakitan sampai matanya membelalak.

“Ooughh..!” Anisa mendengus keras menahan rasa perih dari lubang duburnya, seluruh badannya kembali mengeras lolongannya pun kembali terdengan memilukan, “Aahh.. ouh.. aah..! Aa.. mpun.., ssakit. Aakhh..!”
Kini Hasan meyodomi Anisa dengan irama yang keras dan cepat hingga Anisa menggelepar-gelepar, dan badannya kini mulai melemah dan habis akibat digenjot oleh Asan.
Tidak beberapa lama Hasan akhirnya mencabut kemaluannya dari lubang dubur Anisa dengan kasar. Kembali darah segar mengucur deras dari liang dubur Anisa, sementara Anisa tertelungkup jatuh ke kasur disertai rintihan panjang melemah, “Aahh..!”
Namun Hasan belum juga puas, kemalunnya masih garang. Kini ditelentangkannya Anisa dan kembali Hasan meniduri Anisa dan memasukkan kembali batang kemaluannya ke lubang vagina Anisa yang telah lemas itu, dan kembali Hasan menggenjot tubuh lunglai itu.

Tidak lama Hasan pun berejakulasi di rahim Anisa. Lolongan kepuHasan keluar dari mulut Hasan disaat menyemprotkan spermanya yang jumlahnya banyak itu hingga meluber keluar dari sela-sela kemaluan Anisa. Anisa pun merintih lirih, dan akhirnya bersamaan dengan itu Anisa pun pingsan karena kehabisan tenaga dan rasa sakit yang tidak terhingga.

Dengan perasaan puas Hasan pun merebahkan badannya di samping Anisa yang tergeletak tidak bergerak.
“Akhirnya gue perawanin juga elo. Dasar cewek sombong..!” ujarnya sambil mengehela napas dan melirik Anisa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *